Padepokan "GADUNGMERAH" Virtual

Padepokan Ini Telah Berubah Menjadi www.padepokanvirtual.com

  • Goresan Maward

  • Arsip Goresan

  • Almanak

    March 2009
    M T W T F S S
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    3031  
  • Meta

Archive for March, 2009

TABAYUN

Posted by seq13 on March 23, 2009

Rabu, 2007 Oktober 31

Assalamu’alaikum

Postingan ini merupakan jawaban saya kepada aktifis milis INSIST yang mengomentari syair saya berjudulkan STOP SESAT dan tulisan MENUAI “RAHMAT” BUKAN “LAKNAT”.

Terimakasih kepada ikhwan/akhawat yang ada di milis INSIST yang telah memberikan komentar dan kritik terhadap posting yang bertajukan STOP SESAT dan MENYOAL PENYESATAN. Dalam email ini, saya tidak akan mengomentari satu persatu terhadap komentar maupun kritik yang telah disampaikan kepada saya, tapi saya akan menjawab satu saja, dan ini untuk semua (one for all).

Saya senang terhadap ikhwan/akhawat yang masih menyimpan kecintaan yang dalam terhadap kemulian agama Islam sebagai penyempurna terhadap agama-agama yang telah ada sebelumnya. Sehingga, satu orang pun yang mencoba “mengutak ngatik” Agama tidak sesuai dengan konsepsi pengajaran dan pelajaran Agama, maka akan diluruskan dengan penuh kebijaksanaan, sebagaimana Umar bin Khatab menggoreskan pedangnya terhadap salah satu gubernur yang ada di Mesir. Kecintaan yang dalam itu, tentunya, tidak datang dari pemahaman keagamaan yang parsial, melainkan tumbuh dan berkembang dari keluasan wawasan dan kedalaman penghayatan pelaksanaan keagamaan, yang pada akhirnya mengkristal menjadi bahan bagi meningkatakan nilai-nilai spiritual yang ada dalam diri setiap insan. Kedalaman ini, sudah barang pasti, didasari oleh pengedepanan norma dan etika dalam berdialog yang positif dan konstruktif, sejalan dengan amanah ilmiyah yang menjadi ciri khas dari para ULUL ALBAB sebagaimana yang senantiasa ditegaskan oleh Ibn Rush dalam karya monumentalnya FASHLUL MAQAL;FIMA BAINAL HIKMAH WASSYARI’AH MINAL ITTISHAL, maupun pemikiran kenamaan lainnya.

Semoga semangat ilmiyah yang dipenuhi dengan amanah, mengalir dalam relung-relung spiritual yang bermuarakan pada penyemaian kecintaan kepada setiap manusia, tanpa melihat identitas suku, bahasa, ras, agama, bangsa. “Aku tidak mengutus engkau (Wahai Muhammad), kecuali kepada seluruh diri manusia [yang ada di dunia ini].” Dengan kecintaan juga, Jalaluddin Rumi menjadi kebanggaan bagi semua umat manusia, dan dapat mempersatukan manusia dengan pesanan kecintaan dan kedamaian. Sehingga, pada akhir hayatnya, seluruh umat manusia; Islam, Kristen, Yahudi dll, ikut menyaksikan pengistirahatan sementara di bumi tercintanya.

Fenomena “aliran sesat”, pada dasarnya, tidak hanya sekedar mereka “kurang paham” terhadap agama, melainkan lebih dari itu. Aliran sesat, bisa merupakan sebuah gerakan yang telah dibuat dengan sistematis oleh “oknum” tertentu, yang bertujuan tiada lain dan bukan, untuk memperkeruh iklim kenegaraan dan kebangsaan dengan berbagai dimensi kehidupan yang ada di dalamnya. Akar aliran sesat, yang perlu dicermati dan diteliti, bukan sekedar substansi pemikirannya, tetapi siapakah yang menjadi “dalang” dari semua gerakan aliran sesat ini. Mari kita mengkaji terhadap semua fenomena yang mencoba mengganggu stabilitas nasional, dengan berbagai “kedoknya”,yang semuanya mengatasnamakan agama. Padahal tidak demikian, kalau kita telusuri akar permasalahannya. Saya kira, ikhwan/akhawat di milis INSIST yang senantiasa melaksanakan kajian dan diskusi intensif yang dimotori oleh INSIST, lebih mengetahui gejalan aliran sesat ini.

Sedangkan mengenai aliran sesat yang masih hangat, AL-QIYADAH AL-ISLAMIYAH, melihat dari sosok pemimpinnya, ia merupakan “boneka” yang dibuat dengan penuh rekayasa oleh “oknum” tertentu, bukan murni aliran sesat. Permasalahan yang mencuat, adalah siapakah motor daripada Ahmad Mosheddeq ini? Selamat berdiskusi. Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada orang-orang yang belum sampai pada hadirat-Nya. Amien.

Wassalam,

Rahmat “SEQ”

Posted in Uncategorized | Tagged: | Leave a Comment »

Jualan Kavling di Surga, Mengapa Tidak?

Posted by seq13 on March 23, 2009

Kamis, 2007 November 08

Perjalanan dari Rumah menuju kantor, pada hari Jum´at, 9 November 2007, cukup menarik dan menyenangkan, serta dapat beberapa inspirasi untuk menulis sebuah catatan perjalanan harian. Semenjak awal naik metro mini, telah masuk seorang “pengamen” dengan ditemani sebuah gitar. Ia menyanyikan lagu percintaan yang sedang trend sekarang di kalangan anak-anak muda. Kemudian, ia meneruskan sebuah lagu dari Ebiet G. Ade. Tak lama kemudian, setelah pengamen pertama turun dari mobil, masuk seorang pengamen lagi dengan penampilan sama, dan ditemani juga dengan sebuah gitar, ia menyanyikan lagu lama, dari ciptaan Bimbo.

Tanpa beberapa lama juga, masuklah seorang bocah kecil, yang masih berumur 10 tahun, membawakan lagu, dengan diiringi sebuah kecrekan terbuat dari botol air yang berisikan beras. Pemandangan seperti ini, hampir selalu didapati di perjalanan naik angkutan umum di kota Jakarta, dan mungkin di kota lainnya. Entah semenjak kapan trend mencari nafkah bagi kehidupan dengan menjajakan sebuah nyanyian? Padahal jumlahnya cukup banyak, bahkan kalau didata mungkin mencapai ratusan. Hakikatnya, mereka ingin mencari rizki dengan bekerja seperti masyarakat umumnya, sebagai pekerja. Namun, karena keterbatasan kemampuan dan kesempatan, sehingga mengamen pun menjadi alternatif lain, bagi mengais rizki, sekedar memenuhi perut lapar, yang jauh dari kecukupan, apalagi berlebihan. Potret wajah kota, saya mencoba menganalisanya dengan sederhana, mengapa fenomena ini semakin menjamur? Faktro pertama, perekonomian negara secara makro, mungkin mulai membaik, tapi dalam ekonomi mikro masih terus harus diperjuangkan. Angka kemiskinan, bukannya mengurang, melainkan semakin bertambah dari tahun ke tahun. Jumlah pengangguran pun, semakin meningkat, dan meningkat.

Tetapi walaupun demikian, masih ada sebua asa dalam benak masyarakat untuk tetap eksis menjalani hidup, di tengah atmosfir perekonomian bangsa yang masih kurang menjanjikan bagi masyarakatnya. Kalau melihat lebih teliti dari perekonomian kita, dari hulu sampai hilir, misalnya saja, kegiatan bisnis, dari mulai jajanan kecil yang seharga Rp. 500,- yang dibuat di pinggir got, alias comberan, sampai dengan jualan gedean dengan harga miliaran, seperti mobil-mobil mewah, masih ada, dan mobil mewah itu berkeliaran di tengah-tengah hiruk pikuk perekonomian masyarakat yang semakin terjepit. Menarik memang untuk dicermati. Kembali lagi ke pembicaraan perjalanan harian. Dari nyanyian yang dibawakan oleh pengamen seperti di atas, ada sebuah bait nyanyian yang menarik saya, yaitu berbunyikan surga milik Tuhan, manusia tidak akan dapat merasakannya. Mendengar bait nyanyian itu, saya tertegun sebentar, dan bertanya dalam pikiran, mengapa sang penulis nyayian berpendapat demikian? Apakah ia tidak mengetahui surga? Atau belum mengetahui esensi dari kata “surga”? Surga bukan jauh dari pandangan dan pikiran kita. Surga telah ada di hadapan mata kita. Mengapa masih mengingkari keberadaannya? Semua ciptaan yang telah diciptakan oleh Tuhan, telah ada sekarang ini, bukan nanti pada waktu di mana hari kiamat datang, dan dunia ini hancur.

Dalam beberapa ayat, bahkan hampir mayoritas dari isi Al-Qur’an telah berbicara, bahwa kejadian hari Akhir, atau kiamat atau bahkan tentang kedudukan surga dan neraka, adalah telah ada sekarang ini. Mengapa manusia masih mengingkarinya? Para musisi, bukan hanya para da’i saja, memiliki kesempatan untuk menyampaikan misi dan visi kehidupan bagi masyarakat. Bahkan dalam beberapa kesempatan, di televisi, misalnya, ada seorang penceramah menyampaikan isi ceramahnya dengan mendendangkan lagu-lagu. Nyanyian, sedikit banyak, dapat dijadikan sebagai media bagi penyampaian pesan moral. Oleh karena itu, hendaknya sebuah lagu berisikan pesan moral, sehingga kehancuran moral bangsa tidak semakin terpuruk, dan hancur, sehingga kita dikenal sebagai bangsa “barbar”. Karena beberapa tahun yang lalu, tepatnya setelah kejadin bom Bali, bangsa Indonesia tecoreng namanya, menjadi bangsa “teroris”. Surga diciptakan oleh Tuhan bukan untuk Tuhan sendiri, melainkan untuk para hamba-Nya. Tuhan tidak butuh lagi dengan ciptaan-Nya, ia butuh hanya satu, dari mulai dunia diciptakan sampai akhr zaman, yaitu IA menunggu kekasih-Nya, Sayyidina Muhammad SAW. Dialah yang dicari dan “dibutuhkan” oleh Tuhan, tidak membutuhkan yang lain. Nah, kalau demikian, untuk apa amalan kita lakukan? Kalau Tuhan hanya membutuhkan Sayyidina Muhammad SAW. saja. Titik.

Mari kita membuka sedikit cara pandang keberagamaan kita, sehingga menemukan sesuatu yang baru, dan dapat merekonstruksi paradigma berpikir terhadap Agama. Misi utama para nabi dan rasul, serta guru-guru suci, ialah menyampaikan risalah, bagaimana manusia itu mengenal Tuhannya. Carilah ilmu tentang pengenalan ketuhanan! Tuhan tidak akan ditemukan di mana dan kapan saja, kalau tidak mengenal terlebih dahulu terhadap dirinya sendiri. Ilmu kenal diri, itulah ilmu utama yang menjadi main gate dari mengenal ketuhanan. Surga dan lainnya, telah berada di hadapan kita. Pertanyaan yang ada, adalah bagaimana memahami kedudukan surga yag telah ada di hadapan kita? Bahkan di surga juga sebuah kavling siap untuk dijua, mengapa tidak? (bersambung ke bagian kedua)

Posted in Uncategorized | Tagged: | Leave a Comment »

Relaxation Through Meditation

Posted by seq13 on March 16, 2009

My preference would be to call meditation relaxation – conscious relaxation, chosen relaxation. These are words that are more universally understood, more comfortable. Constantly working toward the goal of discovering my own ability to reach a state of serenity, I have learned to meditate. Meditating is actually easier than you might imagine. Most of us have dabbled in meditation by participating in conscious relaxation. Maybe during an exercise class or to manage pain at the dentist or anxiety before a test. We start by paying attention to our breathing. The practical effort to focus completely on our breathing takes our minds away from the “mind clutter” that constantly tries to invade our mind and eliminate feelings that will lead to a time of calm. With repeated effort the goal of clearing your mind – to think of nothing, does occur and the process of meditation takes on its own energy. The result is, and I guarantee this, peace, serenity, calmness, eventually opening yourself to new insights.

Meditating for Life Too much stress, stress reduction, chill out, let it go, detach – familiar phrases to all of us. Our world is fast, fun and exciting. It is also challenging, trying, demanding and frightening. These two sides of our lives produce stress, emotional reactions, anxiety, worry and anticipation. Our bodies and minds can tolerate only so much of any of these. After a while, each of us reaches a saturation point and the results become uncomfortable at best; for some it may be unbearable, even unendurable.

No magic pill is available to eliminate these feelings. The reality is, as the wise old man said, the answer is inside all of us. To manage these universal concerns we must go inside ourselves. Among the steps we can take is the learning and practicing of meditation. What to Expect With time and faith in the commitment to practice frequently, (daily meditating is ideal), during your meditation time you may “leave the moment.” A feeling of separation exists where the mind is clear, clean and blank. You will still hear sounds around you, but they will not interfere with your meditation. Sometimes you may weep — you may not even be aware of what is making you weep. It is your own emotions having a voice of their own. Sometimes you may feel a smile across your face — that is contentment showing itself. Sometimes you may fall asleep and awaken truly refreshed. There is no right or wrong behavior during your meditation. It is your time for you. Everyone deserves this kind of personal attention. This is a self-care activity; loving oneself!

Teach it to your children instead of a time-out in their room or corner. Teach it to your friends, family, anyone who will listen. We can share this gift and get back as we give. We are all better because of each person who meditates. The peace and joy felt by those who meditate enters the world for all of us as positive energy. From it the world is a better place. Imagine if we all practiced meditation!

Posted in RELAKSASI | Leave a Comment »

Makna Meditasi

Posted by seq13 on March 14, 2009

Meditation is a mental discipline by which one attempts to get beyond the reflexive, “thinking” mind into a deeper state of relaxation or awareness. Meditation often involves turning attention to a single point of reference. It is recognized as a component of many religions, and has been practiced since antiquity. It is also practiced outside religious traditions. Different meditative disciplines encompass a wide range of spiritual and/or psychophysical practices which may emphasize different goals — from achievement of a higher state of consciousness, to greater focus, creativity or self-awareness, or simply a more relaxed and peaceful frame of mind. Giving this sense of relaxation and peace, meditation ultimately leads people to find peace within themselves.
The word meditation originally comes from the Indo-European root med-, meaning “to measure.”From the root med- are also derived the English words mete, medicine, modest, and moderate. It entered English as meditation through the Latin meditatio, which originally indicated every type of physical or intellectual exercise, then later evolved into the more specific meaning “contemplation.”Eastern meditation techniques have been adapted and increasingly practiced in Western culture.

Posted in RELAKSASI | Leave a Comment »

SAATNYA, OKP MANDIRI!

Posted by seq13 on March 9, 2009

Dan bangun!
Bangunlah dari tidur nyenyak
Dari lena sejenak
Bangunlah!
Dari lupa sesaat
Bangunlah!
Seluruh negeri Timur terbujur
Berserakan bagaikan butiran pasir di tepi jalan
Atau seperti jerit bisu tak kenal suara
Dan rengek pilu yang berlebihan
Namun tiap zarah di muka bumi ini
Adalah tempat merenung buah kelahiran yang perih.

OKP (organisasi kemasyarakatan pemuda) kehadirannya cukup diperhitungkan oleh semua kalangan. Berdirinya negara Indonesia, sudah dipastikan, tidak lepas dari peran para pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan. Peran tersebut tidak hanya di pentas jalanan menegakkan kemerdekaan, memasuki era merdeka, pemuda pun terus menggulirkan perubahan bagi bangsa untuk menuju suatu bangsa yang dicita-citakan oleh semua pemimpin, dan terutama masyarakat yang menjadi obyek dan subyek dalam mendirikan negara. Seiring dengan zaman, peran pemuda—misalnya—di era reformasi mulai surut peranannya, terutama di masa orde baru. Kebebasan berekspresi untuk melakukan aktifitas yang sesuai dengan peran pemuda, sedikit bayak telah diberangus dari permukaan, dan tekanan itu akhirnya “meledak” menjelang era reformasi, dengan runtuhnya rezim orde baru, Presiden Soeharto.

Satu dekade sudah berakhir, peran pemuda terus bergulir dengan berbagai dinamika aktivitasnya. Memasuki era global sekarang ini, dengan ditandai oleh sebuah krisis perbankan internasional, orientasi pergerakan pemuda—mau tidak mau—harus ditinjau kembali dengan melakukan reorientasi gerakan. Dengan tidak adanya perubahan yang signifikan di kalanga pemuda, dalam menghadapi era global, akan menyempitkan peran pemuda sebagai agent of social change. Pemuda akan menjadi sebagai alat saja untuk kepentingan para pemilik capital, pemilik kekuasaan, dan pemilik kepentingan. Indikasi ini, sekarang, telah muncul ke permukaan. Gerakan pemuda mulai berkurang “geregetnya”. Taringnya yang dulu ditakuti oleh kalangan birokrat/pemimpin yang “lalim”, sekarang sudah mulai tumpul, bahkan bisa jadi giginya sudah tidak bertaring lagi. Ironis memang bagi sebuah pergerakan pemuda.

Keadaan tersebut, bukan karena sekedar derasnya kemajuan peradaban yang berimplikasi pada gaya kehidupan, dan idealisme pergerakan kepemudaan, melainkan dimenasi lain pun ikut serta dalam menciptakan pemuda untuk tidak berdaya lagi.

Sudah saatnya, pemuda harus bangun dari tidurnya yang lelap sebagaimana dikatakan oleh Mohammad Iqbal melalui syairnya yang ditulis di atas. Kondisi kehidupan masyarakat sudah berubah drastis. Pemuda, tidak lagi dapat mandiri di kakinya sendiri. Padahal kemandirian merupakan nilai-nilai revolusioner yang dapat membangkitkan pergerakan kepemudaan lebih “membara”, membawa api perubahan yang menyala-nyala membakar semangat patriotik pemuda untuk tetap berjibaku menegakkan keadilan dan kebijaksanaan di negeri pertiwi, Indonesia. Kemandirian hendaknya dapat diaktualisasikan sesuai perkembangan masyarakat. Mandiri sebagaimana—misalnya—dikatakan oleh Presiden Ir. Soekarno dengan istilah “Tri Sakti”; berkedaulatan di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan.

Tidak banyak pemuda yang tahu pentingya kedaulatan politik, kemandrian ekonomi, dan kepribadian budaya. Bahkan, sebaliknya sangat banyak pemuda yang gampang larut pada pengaruh gaya hidup dan budaya Barat, larut dalam kehidupan malam yang hedonis, akrab dengan budaya hura-hura, bersikap permisif dalam berhubungan seks alias menganut seks bebas (free sex), dan mengadopsi begitu saja ideologi-ideologi Barat yang sekuler dan liberal.

Maraknya kasus foto dan video mesum dengan pelaku para mahasiswa dan pelajar SMU, tingginya angka pelajar yang melakukan hubungan seks, tingginya angka pengguguran kandungan, tingginya angka korban miras dan narkoba, merupakan bukti banyaknya generasi muda (pemuda) yang tekena godaan zaman edan, begitu juga tingginya angka kriminalitas dan kekerasan yang melibatkan anak-anak muda.

Realitas kepemudaan di atas, OKP yang menjadi media pemberdayaan pemuda dituntut untuk lebih dinamis/antisipatif terhadap gejala sosial yang sedang merambah ke urat nadi para pemuda, dan akan bermuara ke jantung pergerakan kepemudaan. Kalau telah demikian, apalagi yang bisa diharapkan dari kiprah para pemuda?

OKP sudah saatnya, mendesain program kerjanya tidak hanya “ceremonial”/tradisional (program hasil kepengurusan di masa sebelumnya), melainkan program yang dapat menjawab problematika pemuda yang semakin komplek. Program OKP selamanya—baik dirasa maupun tidak—kurang menyentuh terhadap kepentingan pemuda itu sendiri. Program disusun tidak memperhatikan perkembangan kepemudaan, sehingga api jauh dari panggangnya. Padahal program tersebut mampu memberdayakan/mencairkan problematika kepemudaan secara komprehensif, sehingga peran OKP masih dirasakan penting oleh semua kalangan, karena kalau tidak solutif, jangan heran—seiring dengan berjalannya waktu—OKP akan ditinggalkan oleh para pemuda. Pemuda cenderung—saat ini—untuk senang berkumpul dalam wahana hobi, seperti club motor, club kuliah, dan club lainnya.

Program OKP pun, tidak dapat menyentuh masyarakat/sosial di sekitarnya. Padahal idealnya, berdiri OKP di sebuah komunitas masyarakat harus memberikan pengaruh terhadap komunitas tersebut, karena OKP sendiri menjadi media untuk pemberdayaan masyarakat.

Idealisasi OKP
Program OKP hendaknya ditata kembali, demi mencapai/mempertahankan eksistensi OKP sebagai agent of change. Program OKP harus menekankan pada kemandirian pemuda. Kemandirian, di era sekarang ini, sangatlah penting, untuk meningkatkan kualitas daya saing pemuda dengan para pemuda lain di belahan dunia ini. Kemandirian dapat dibangun berdasarkan pada pengembangan industri kreatif. Pemuda harus pandai berinovasi dalam mewujudkan kreatifitas dirinya. Pembangunan berbasis kreatif akan menjadi dasar utama dalam pembangunan nasional. Kreatifitas pemuda sangat banyak kuantitasnya, sekarang bagaimana mengkoordinasikan/memfasilitasi kreatifitas muda bagi kepentingan bangsa. Program yang dapat meningkatkan kreatifitas pemuda, menjadi program unggulan bahkan utama dalam mendesain sebuah program OKP. Para kreator dapat dijadikan konsultan, atau parner dalam mendesain sebuah program OKP. Kerjasama yang baik antara kreator dan OKP akan menghasilkan sebuah ledakan kratifitas di kalangan pemuda yang maha dahsyatnya. Quantum kreatifitas perlu digulirkan oleh semua kalangan (OKP) untuk menemukan inovasi-inovasi baru yang lahir dari kearifan pemuda.

Program kreatifitas dapat membangun jiwa kewirausahaan di kalangan pemuda. Wirausaha menjadi soko guru bagi menguatnya perekonomian nasional. Tanpa kewirausahaan yang kuat, sangatlah sukar membangun perekonomian nasional yang handal dan maju, bahkan memiliki daya saing kuat dengan negara-negara lain. Program ini juga, akan berimplikasi pada pemberdayaan sosial (masyarakat secara umum) yang berkesinambungan. Hanya program kreatifilah, suistanable programe akan berjalan. Pemberdayaan masyarakat dibutuhkan program yang berkesinambungan, sehingga kemajuan dapat diukur dengan jelas, dan terkontrol peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pada sisi lain, program kreatifitas tidak hanya menguntungkan masyarakat saja, melainkan para pelaku/desainer program mendapatkan keuntungan yang besar juga dari terealisirnya program ini. Jadi, janganlah takut para pemangku OKP untuk tidak mendapatkan “bagian” dari hasil kerjanya. Semuanya akan mendatangkan income yang jelas bagi para stakeholder di OKP.

Dengan demikian, untuk merealisasikan idealisme OKP di atas, diperlukan seorang pemimpin/para pemangku OKP yang memiliki visi dan misi jelas terhadap masa depan masyarakat/anggotanya. Menjalankan OKP bukan untuk kepentingan instan, tetapi harus ada pemberdayaan masyarakatnya.

Pemimpin yang berkarakter, dalam hal ini, memiliki visi revolusioner (daya kreatifitas yang tinggi) akan mendongkrak kemandegan peranan pemuda di masyarakat. Kepercayaan masyarakat/pemuda terhadap OKP akan muncul lagi, dan mereka akan senang untuk ikut serta dalam lembaga tersebut. Kalau demikian, problematika mereka pun akan terjawab dengan sendirinya, karena mereka ikut serta langsung dalam program-program pemberdayaan pemuda.

Dukungan Pelbagai Pihak
Realisasi program di atas, tentunya, tidak datang dari internal saja, melainkan dari kalangan eksternal; pemerintah/perusahaan/lembaga swasta mendukung terhadap kemandiri pemuda dengan memberikan support terhadap program kretifitasnya. Sinergitas yang solid di antara kalangan akan menghasilkan pemberdayaan pemuda yang cepat, bak lompatan kuantum dalam sebuah ruangan.

Peran pemuda sebagai agent of change akan bertahan, bahkan image pemuda semakin bertambah baik, karena dapat menelorkan program kreatifitas yang meningkatkan kualitas dan peran pemuda di ajang nasional. Tulisan ini pernah dikirimkan ke harian PELITA HARAPAN, dan belum dipublikasikan oleh redaksinya.

Posted in KEMASYARAKATAN | Leave a Comment »

Gedung Seribu Jendela

Posted by seq13 on March 6, 2009

Jika di Semarang, Indonesia ada Gedung Lawang Sewu (Gedung Pintu Seribu), maka di Jinhua, China, ada House of 1,000 Windows (Rumah Seribu Jendela). Rumah itu, sebenarnya adalah sebuah gedung perkantoran berlantai sembilan yang sedang dibangun. Perancangnya adalah seorang arsitek asal Jepang. Namanya Sako Keiichiro. Rencananya, rumah tersebut akan selesai pada musim panas tahun ini. Sebenarnya, jendela di gedung ini, jumlahnya tidak sampai seribu. Namun, warga sekitar menyebutnya demikian karena jendela di gedung ini memang sangat banyak. Bayangkan, satu ruangan saja memiliki 21 jendela! Dan, pada satu lantai, ada 10 hingga 15 ruangan. Berapa biaya untuk membangun gedung ini? Menurut Bapak Wei, Kepala Konstruksi, ia membutuhkan biaya 6 juta poundsterling (sekitar Rp102,5 milliar). Bagian jendela sendiri, memakan biaya hingga 500.000 poundsterling (sekitar Rp8,5 miliar). Team Andriewongso.com

Posted in MOTIVASI | Leave a Comment »

Jakarta Kota Spiritual

Posted by seq13 on March 6, 2009

Berjalan di kota Jakarta banyak menyenangkan daripada membosankan. Mengapa demikian? Kehidupan metropolitan menyimpan 1001 misteri. Namun, kalau direnungi, ini semua adalah merupakan potre spiritual manusia yang sedang menjali proses kehidupannya yang kesekian kalinya.

Tipologi manusia dapat ditemukan di kota Jakarta, dengan berbagai tipenya. Itulah kira-kira yang dapat saya dapatkan dalam menjalani hidup di kota besar, Jakarta. Semuanya adalah bermakna spiritual. Bahkan bisa dikata, pusat spiritual manusia (Indonesia), adalah Ibukota Djakarta.

Posted in Uncategorized | Tagged: | Leave a Comment »