Dan bangun!
Bangunlah dari tidur nyenyak
Dari lena sejenak
Bangunlah!
Dari lupa sesaat
Bangunlah!
Seluruh negeri Timur terbujur
Berserakan bagaikan butiran pasir di tepi jalan
Atau seperti jerit bisu tak kenal suara
Dan rengek pilu yang berlebihan
Namun tiap zarah di muka bumi ini
Adalah tempat merenung buah kelahiran yang perih.
OKP (organisasi kemasyarakatan pemuda) kehadirannya cukup diperhitungkan oleh semua kalangan. Berdirinya negara Indonesia, sudah dipastikan, tidak lepas dari peran para pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan. Peran tersebut tidak hanya di pentas jalanan menegakkan kemerdekaan, memasuki era merdeka, pemuda pun terus menggulirkan perubahan bagi bangsa untuk menuju suatu bangsa yang dicita-citakan oleh semua pemimpin, dan terutama masyarakat yang menjadi obyek dan subyek dalam mendirikan negara. Seiring dengan zaman, peran pemuda—misalnya—di era reformasi mulai surut peranannya, terutama di masa orde baru. Kebebasan berekspresi untuk melakukan aktifitas yang sesuai dengan peran pemuda, sedikit bayak telah diberangus dari permukaan, dan tekanan itu akhirnya “meledak” menjelang era reformasi, dengan runtuhnya rezim orde baru, Presiden Soeharto.
Satu dekade sudah berakhir, peran pemuda terus bergulir dengan berbagai dinamika aktivitasnya. Memasuki era global sekarang ini, dengan ditandai oleh sebuah krisis perbankan internasional, orientasi pergerakan pemuda—mau tidak mau—harus ditinjau kembali dengan melakukan reorientasi gerakan. Dengan tidak adanya perubahan yang signifikan di kalanga pemuda, dalam menghadapi era global, akan menyempitkan peran pemuda sebagai agent of social change. Pemuda akan menjadi sebagai alat saja untuk kepentingan para pemilik capital, pemilik kekuasaan, dan pemilik kepentingan. Indikasi ini, sekarang, telah muncul ke permukaan. Gerakan pemuda mulai berkurang “geregetnya”. Taringnya yang dulu ditakuti oleh kalangan birokrat/pemimpin yang “lalim”, sekarang sudah mulai tumpul, bahkan bisa jadi giginya sudah tidak bertaring lagi. Ironis memang bagi sebuah pergerakan pemuda.
Keadaan tersebut, bukan karena sekedar derasnya kemajuan peradaban yang berimplikasi pada gaya kehidupan, dan idealisme pergerakan kepemudaan, melainkan dimenasi lain pun ikut serta dalam menciptakan pemuda untuk tidak berdaya lagi.
Sudah saatnya, pemuda harus bangun dari tidurnya yang lelap sebagaimana dikatakan oleh Mohammad Iqbal melalui syairnya yang ditulis di atas. Kondisi kehidupan masyarakat sudah berubah drastis. Pemuda, tidak lagi dapat mandiri di kakinya sendiri. Padahal kemandirian merupakan nilai-nilai revolusioner yang dapat membangkitkan pergerakan kepemudaan lebih “membara”, membawa api perubahan yang menyala-nyala membakar semangat patriotik pemuda untuk tetap berjibaku menegakkan keadilan dan kebijaksanaan di negeri pertiwi, Indonesia. Kemandirian hendaknya dapat diaktualisasikan sesuai perkembangan masyarakat. Mandiri sebagaimana—misalnya—dikatakan oleh Presiden Ir. Soekarno dengan istilah “Tri Sakti”; berkedaulatan di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan.
Tidak banyak pemuda yang tahu pentingya kedaulatan politik, kemandrian ekonomi, dan kepribadian budaya. Bahkan, sebaliknya sangat banyak pemuda yang gampang larut pada pengaruh gaya hidup dan budaya Barat, larut dalam kehidupan malam yang hedonis, akrab dengan budaya hura-hura, bersikap permisif dalam berhubungan seks alias menganut seks bebas (free sex), dan mengadopsi begitu saja ideologi-ideologi Barat yang sekuler dan liberal.
Maraknya kasus foto dan video mesum dengan pelaku para mahasiswa dan pelajar SMU, tingginya angka pelajar yang melakukan hubungan seks, tingginya angka pengguguran kandungan, tingginya angka korban miras dan narkoba, merupakan bukti banyaknya generasi muda (pemuda) yang tekena godaan zaman edan, begitu juga tingginya angka kriminalitas dan kekerasan yang melibatkan anak-anak muda.
Realitas kepemudaan di atas, OKP yang menjadi media pemberdayaan pemuda dituntut untuk lebih dinamis/antisipatif terhadap gejala sosial yang sedang merambah ke urat nadi para pemuda, dan akan bermuara ke jantung pergerakan kepemudaan. Kalau telah demikian, apalagi yang bisa diharapkan dari kiprah para pemuda?
OKP sudah saatnya, mendesain program kerjanya tidak hanya “ceremonial”/tradisional (program hasil kepengurusan di masa sebelumnya), melainkan program yang dapat menjawab problematika pemuda yang semakin komplek. Program OKP selamanya—baik dirasa maupun tidak—kurang menyentuh terhadap kepentingan pemuda itu sendiri. Program disusun tidak memperhatikan perkembangan kepemudaan, sehingga api jauh dari panggangnya. Padahal program tersebut mampu memberdayakan/mencairkan problematika kepemudaan secara komprehensif, sehingga peran OKP masih dirasakan penting oleh semua kalangan, karena kalau tidak solutif, jangan heran—seiring dengan berjalannya waktu—OKP akan ditinggalkan oleh para pemuda. Pemuda cenderung—saat ini—untuk senang berkumpul dalam wahana hobi, seperti club motor, club kuliah, dan club lainnya.
Program OKP pun, tidak dapat menyentuh masyarakat/sosial di sekitarnya. Padahal idealnya, berdiri OKP di sebuah komunitas masyarakat harus memberikan pengaruh terhadap komunitas tersebut, karena OKP sendiri menjadi media untuk pemberdayaan masyarakat.
Idealisasi OKP
Program OKP hendaknya ditata kembali, demi mencapai/mempertahankan eksistensi OKP sebagai agent of change. Program OKP harus menekankan pada kemandirian pemuda. Kemandirian, di era sekarang ini, sangatlah penting, untuk meningkatkan kualitas daya saing pemuda dengan para pemuda lain di belahan dunia ini. Kemandirian dapat dibangun berdasarkan pada pengembangan industri kreatif. Pemuda harus pandai berinovasi dalam mewujudkan kreatifitas dirinya. Pembangunan berbasis kreatif akan menjadi dasar utama dalam pembangunan nasional. Kreatifitas pemuda sangat banyak kuantitasnya, sekarang bagaimana mengkoordinasikan/memfasilitasi kreatifitas muda bagi kepentingan bangsa. Program yang dapat meningkatkan kreatifitas pemuda, menjadi program unggulan bahkan utama dalam mendesain sebuah program OKP. Para kreator dapat dijadikan konsultan, atau parner dalam mendesain sebuah program OKP. Kerjasama yang baik antara kreator dan OKP akan menghasilkan sebuah ledakan kratifitas di kalangan pemuda yang maha dahsyatnya. Quantum kreatifitas perlu digulirkan oleh semua kalangan (OKP) untuk menemukan inovasi-inovasi baru yang lahir dari kearifan pemuda.
Program kreatifitas dapat membangun jiwa kewirausahaan di kalangan pemuda. Wirausaha menjadi soko guru bagi menguatnya perekonomian nasional. Tanpa kewirausahaan yang kuat, sangatlah sukar membangun perekonomian nasional yang handal dan maju, bahkan memiliki daya saing kuat dengan negara-negara lain. Program ini juga, akan berimplikasi pada pemberdayaan sosial (masyarakat secara umum) yang berkesinambungan. Hanya program kreatifilah, suistanable programe akan berjalan. Pemberdayaan masyarakat dibutuhkan program yang berkesinambungan, sehingga kemajuan dapat diukur dengan jelas, dan terkontrol peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pada sisi lain, program kreatifitas tidak hanya menguntungkan masyarakat saja, melainkan para pelaku/desainer program mendapatkan keuntungan yang besar juga dari terealisirnya program ini. Jadi, janganlah takut para pemangku OKP untuk tidak mendapatkan “bagian” dari hasil kerjanya. Semuanya akan mendatangkan income yang jelas bagi para stakeholder di OKP.
Dengan demikian, untuk merealisasikan idealisme OKP di atas, diperlukan seorang pemimpin/para pemangku OKP yang memiliki visi dan misi jelas terhadap masa depan masyarakat/anggotanya. Menjalankan OKP bukan untuk kepentingan instan, tetapi harus ada pemberdayaan masyarakatnya.
Pemimpin yang berkarakter, dalam hal ini, memiliki visi revolusioner (daya kreatifitas yang tinggi) akan mendongkrak kemandegan peranan pemuda di masyarakat. Kepercayaan masyarakat/pemuda terhadap OKP akan muncul lagi, dan mereka akan senang untuk ikut serta dalam lembaga tersebut. Kalau demikian, problematika mereka pun akan terjawab dengan sendirinya, karena mereka ikut serta langsung dalam program-program pemberdayaan pemuda.
Dukungan Pelbagai Pihak
Realisasi program di atas, tentunya, tidak datang dari internal saja, melainkan dari kalangan eksternal; pemerintah/perusahaan/lembaga swasta mendukung terhadap kemandiri pemuda dengan memberikan support terhadap program kretifitasnya. Sinergitas yang solid di antara kalangan akan menghasilkan pemberdayaan pemuda yang cepat, bak lompatan kuantum dalam sebuah ruangan.
Peran pemuda sebagai agent of change akan bertahan, bahkan image pemuda semakin bertambah baik, karena dapat menelorkan program kreatifitas yang meningkatkan kualitas dan peran pemuda di ajang nasional. Tulisan ini pernah dikirimkan ke harian PELITA HARAPAN, dan belum dipublikasikan oleh redaksinya.